Minggu, 29 Agustus 2010

TEMPAT ITU NAMANYA “HAMELPOORT – ANGKASA INDAH”

Hamelpoort atau gerbang surga, itulah nama salah satu kompleks di kota Jayapura yg terkenal dengan nama Angkasa, tempat ini terletak di ketinggian 400 M dari permukaan laut. Angkasa Indah, tempat dimana banyak melahirkan talenta2 musik yg melegenda di blantika music Indonesia, sebut saja Black Brothers yg di motori oleh Mr. Andy Ayamiseba,Air Mood band, Rio Grime,Band Sapta Taruna sampai Abresso CB yg di gawangi oleh Akon Bonay cs.

Angkasa Indah juga terkenal dengan view nya yg indah, pemandangan laut lepas samudera pasifik dan keangkuhan gugusan gunung syclop yg menyimpan banyak keanekaragaman hayati. Mungkin merupakan salah satu tempat dari sekian banyak tempat di jayapura yg masih menyisakan dinginnya kabut dan aroma pohon pinus atau pohon kasuarina papuana atau yg dikenal dengan cemara.

Satu hal yg tidak bisa dilupakan oleh kami yg dibesarkan di kompleks ini adalah, keindahan alamnya dan kenikmatan mencium aroma pinus saat pagi. Dahulu, sekitar awal tahun 1980an, kami masih sempat mendengar nyanyian burung surga cenderawasih (birds of paradise), sekitar awal tahun itu, angkasa indah selalu di selimuti kabut dari pagi hingga jam 10an, penduduknya yg ramah dan pohon pinus serta pohon2 dari berbagai jenis yg besarnya sepelukan orang dewasa selalu menghiasi sisi jalan di angkasa indah.

Berjalan diwaktu pagi beramai-ramai menuju sekolah dalam balutan kabut, serasa kami berjalan ditaman surga yg di iringi nyanyian burung dan harumnya bunga-bungaan. Tapi itu adalah cerita masa lalu, cerita dimana kami masih kanak-kanak situasi yg tak mungkin lagi dapat kami alami, hanya dapat diwariskan dengan cerita kepada anak-anak kami,adik-adik kami dan teman-teman kami. Angkasa indah yg asri dan sejuk kini berubah menjadi gersang. Penduduknya yg dahulu ramah bahkan sekarang terkesan tidak bersahabat, saling mengurung diri dalam pagar rumah yg bertembok tinggi seakan takut untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya.

Saya jadi teringat peristiwa masa lalu, saat dulu di angkasa ini, yang namanya mobil bisa di hitung dengan jari, hanya segelintir pejabat dan orang-orang berada saja yg mempunyai mobil. Saat itu transportasi umum ke pusat kota jayapura masih menggunakan bus Damri, namun jika pemilik mobil melihat ada penduduk lainnya yg kesulitan transportasi ke kota, mereka dengan senang hati berhenti dan memberikan tumpangan pada kami-kami, tanpa mengalami rasa takut siapa yg diberikan tumpangan. Namun saat ini, situasi social seperti itu juga sudah tidak bisa ditemukan lagi. Semua sudah berubah.

Bunyi suara jangkerik adalah nyanyian alam yg menandakan bahwa waktu bermain sudah usai, saatnya kami anak-anak utk pulang kerumah, mandi dan semuanya berbaris di depan TV hitam-putih utk menonton acara yg disirakan oleh TVRI, kemudian besoknya saling bertukar cerita dengan teman di sekolah. Meski TV merupakan barang yg langka, akan tetapi tetangga lainnya dengan senang hati membukakan pintu rumah utk mempersilahkan mereka yg lainnya yg butuh hiburan turut menumpang menonton, biasanya mereka menyiapkan pisang goreng atau teh hangat sebagai teman nonton bagi mereka-mereka yg dewasa, kami yg anak-anak biasanya hanya sampai jam 08.00 malam saja boleh menjaga menonton TV, kecuali hari sabtu.
Jika hari libur telah tiba, sasarannya dalah kolam yoyo…hehehe, kolam renang yg dikelola oleh IJJDF ini adalah sasaran paling mengasikan bagi kami-kami. Karcis masuk saat itu kalau tidak salah sebesar Rp.500.,-. Meski tidak ada uang, biasanya oom falerus dan oom yance, seringkali memberikan kami kesempatan utk menikmati jernihnya air kolam renang ini sampai puas. Jika sudah puas, kami akan pulang dengan melewati jalan setapak dari kolam yoyo ke balatkop atau jalan lembah sambil main sembunyi-sembunyi dengan oom jemy poro yg menjaga kebun jeruk dan kandang ayam oom pangaribuan. Biasanya kami suka ambil jeruk manis di kebun oom pangaribuan…hehehehehe…mengambilnya juga tidak tanggung-tanggung, bisa sekantong plastic penuh seorang…habis mandi,lapar, makan jeruk manis sampai kenyang.

Ada juga kelakuan nakal lainnya yg suka membeli kue bintang di oom Lukas. Kue bintang ini harganya Rp.100.,- satu biji. Biasanya sambil cerita kami makan kue seharga 500., namun hanya satu yg dibayar…..hehehehe… atau mampir di warung gado-gado ibu iwan dan dengan trik yg sama, mengambil pisang goring seharga 500 namun yg dibayar hanya seharga 100 karena yg lainnya sudah masuk di kantong hehehehe….itulah kelakuan kami.

Oom pangaribuan, oom Lukas, dan ibu iwan, sekarang sudah tua, kolam Yoyo pun sudah tutup, kali-kali tempat kami cari udang pun sudah kering, semuanya sudah berubah, namun angkasa indah selalu di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar