Selasa, 17 Februari 2015

Belajar tentang Papua dari 5 (lima) guru saya di LP Abepura (Bagian I)

http://Saya teringat akan suatu masa, dimana saat saya mengunjungi LP Abepura tahun 2000 untuk menjenguk alm John Mambor dan 4 pentolan PDP lainnya. Suasana keakraban yang tercipta dari keterikatan emosional sebagai suatu keluarga tahanan ternyata tidak dapat dibatasi pada tembok penjara abepura, saat itu diantara anak-anak keluarga tahanan PDP ini, saya dan anak alm. Kel. Theis Eluay lah yang dituakan, sehingga seringkali kami terlibat dalam diskusi-diskusi terbuka yang semakin membentuk pandangan kami bahwa ideology adalah merupakan bagian tidak terpisahkan dari konsep HAM dan Kebebasan. Setiap pagi dan sore, saya harus menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam 30 menit menggunakan angkot untuk mengantar makan dan minum bagi ke 5 tokoh PDP ini dan sore harinya selepas kuliah saya harus menunggu keluarga lainnya untuk sama-sama pulang dari jam besuk di LP Abepura. Rutinitas ini dilakukan kurang lebih 4 bulan, dan sebagai upaya proteksi terhadap bahaya pembunuhan melalui racun sebagaimana yang pernah dialami oleh tokoh-tokoh Papua seperti halnya Johan Ariks, Herman Womsiwor, DR. Thomas Wapay Wainggay dll. Pasca Kongres Papua II tahun 2000, eskalasi politik Papua semakin memanas, karena inilah momentum kesadaran kolektife yang sekian lama di tunggu setelah komunike 1 Desember 1961 Gedung Nieuw Guinea Raad (sekarang DKIJ) dan dari momentum inilah saya kemudian mempelajari sejarah dari ke 5 guru saya tersebut secara baik dan benar. Issue Papua Merdeka bukanlah hal baru di seantero Tanah Papua bahkan sejak lama orang papua telah berupaya menunjukan eksistensinya bahwa kami papua adalah suatu bangsa sendiri yang pernah berdaulat tahun 1961 dan kemudian dianeksasi oleh NKRI tahun 1963 melalui Trikora. Sejarah telah diputar balikan!!!! Setiap pelajaran buku sejarah dari SD s/d Perguruan Tinggi penuh dengan kepalsuan dan kebohongan public. Lihat saja bunyi trikora semuanya adalah mencerminkan kesombongan upaya ekspansi militer ke Papua. Mengapa demikian?? ekspansi ini dilakukan karena Papua begitu kaya dan berlimpah dengan SDA, mulai dari Sorong sampai dengan Samarai penuh dengan SDA, lihat PT Freeport Indonesia dan kontrak Karya 1 nya di tandatangani tahun berapa?? Semua ini karena kepentingan ekonomi kapitalis, dan Bangsa Indonesia yang miskin ini melihat suatu peluang untuk membangun Negara Indonesia Raya sebagaimana impian kaisar Jepang untuk membangun kerajaan Nippon di Asia Timur Raya. Untuk membangun bangsa yang besar, diperlukan dukungan ekonomi yang besar, jika hanya mengharapkan dari Pulau jawa saja, hal ini tidak mungkin, mengharapkan dari Aceh, juga tidak mungkin, kerana Aceh Sendiri telah sangat membenci Negara Indonesia Jawa, Kalimantan dan Sulawesi juga tidak mungkin karena akan berpengaruh kepada jalur transportasi ekonomi, sehingga dipilihlah Papua untuk menjadi lumbung ekonomi bangsa Indonesia serta batu loncatan untuk menguasai pasifik. Sayangnya, rencana tersebut gagal karena keburu meninggalnya Soekarno. Sedangkan penggantinya yakni Soeharto yang serakah itu tidak sempat mempelajari konsep Negara Indonesia Raya dari Soekarno. Penjajahan atas bangsa papua, dimulai secara terang-terangan setelah era Soeharto, soeharto melihat bahwa, orang Papua ternyata merupakan duri dalam daging Indonesia, sehingga kemudian ia membubarkan SKIB (Secretariat Khusus Irian Barat) yang dibentuk oleh Soekarano sebagai sentra project papuanisasi. Sejak penghapusan SKIB, kemudian soeharto mulai melakukan pembangunan imperium bisnisnya yang dimulai dengan Project PTFI sebagai penyokong singgasanan emasnya, setelah peroject ini berjalan, mulailah dilanjutkan dengan penguatan dan pembangunan infrastructure militer di Papua dengan dalih bahwa ada Obvitnas di Papua sehingga perlu peningkatan jumlah personil dan Project DOM dimulai sebagai sarana latihan militer dengan memburu manusia-manusia Papua untuk meningkatkan keterampilan pendukung militernya. Dosa Suharto tidaklah sampai disitu saja, bahkan rancangan G30S/PKI adalah hasil konspirasinya dengan agen-agen CIA untuk menjatuhkan tokoh sentral bangsa Indonesia ini, Ir. Soekarno yang telah dicurigai oleh AS akan membelot ke Blok Soviet dengan paham Komunisnya. Amerika menjadi takut apabila gerbang pasifik terbuka dengan paham komunisnya Soviet hal ini akan melemahkan posisi USA di Kawasan Pasifik, sehingga di drama 30 spetember ini berlanjut 2 (dua) tahun lamanya sampai pada saat penandatanganan kerjasama dagang antara Indonesia dan AS perihal Tambang Emas di Papua pada tahun 1967 tepat dimana Bangsa Papua ini masih berada dalam status daerah tidak bertuan. Tepat 15 (lima belas) tahun kemudian setelah kongres Papua II 2000, eskalasi politik papua semakin hangat, dukungan untuk memperjuangan kemerdekaan papua pada 1 Desember 1961 semakin terbuka lebar, terutama di kawasan pasifik, Negara-negara Melanesia semakin kuat mendukung gerakan ini. Dimana-mana aksi solidaritas perjuangan dan pergerakan Papua semakin kuat, hamper sama ketika tahun 1965, dimana dukungan untuk aneksasi Papua semakin gencar karena campur tangan pihak Asing (dalam hal ini USA). Ketika soekarno keluar dari keanggotaan PBB pada tahun 1965 Amerikalah yang paling gencar untuk membujuk Soekarno agar tidak mengalihkan pandangan politiknya ke Blok Timur. Bahkan memberikan dukungan secara diam-diam kepada Indonesia dalam rentang waktu 1 (satu) Tahun untuk melakukan rencana Aneksasi bangsa Papua bahkan menekan Mr. JJ Luns untuk segera mengakhiri konflik di Papua dengan menyerahkan West Papua kepada Indonesia sebagaimana tertuang dalam dokumen Indonesia di PBB yang saya coba kutip. “cara terbaik untuk Belanda adalah untuk segera mentransfer otoritas langsung kepada Indonesia. Tetapi jika Belanda untuk alasan yang berbeda akan memilih media yang oleh Perserikatan bangsa-bangsa untuk segera pemindahan autoriti ke Indonesia, adalah hanya sebagai persiapan Indonesia untuk mempertimbangkan serius proposal.'Jika tidak didasarkan pada asumsi ini, intervensi Perserikatan Bangsa-bangsa mungkin hanya untuk Masalahnya lebih akut dan menjadi Bom Waktu. Masalah kewenangan yang mendesak segera di alihkan ke Indonesia menjadi masalah keamanan di wilayah ini dunia” --- kutipan : dari pernyataan Presiden Soekarno terhadap Mr. Luns dari Kerajaan Belanda pada 27 September. Bersambung …..